Saya sebetulnya termasuk sudah lama jadi PNS sudah puluhan tahun tapi mungkin saya lumayan eligible untuk menjawab pertanyaan ini. So, here we go.
1. PNS Sangat Beragam
Stereotype tentang PNS yang beredar itu biasanya gak jauh-jauh dari hal berikut:
a. Dinas pakai baju khaki;
b. Pekerjaannya berkutat dalam hal administratif;
c. Masuk pagi pulang siang.
Beberapa PNS memang seperti itu, tetapi sebetulnya ada begitu banyak jenis PNS di Indonesia. PNS yang bekerja dengan dresscode seperti itu biasanya berprofesi sebagai tenaga administratif di pemda, pegawai di instansi Kemdagri, atau guru.
Tidak semua PNS seperti ini. |
PNS itu sama beragamnya dengan pegawai swasta. Jadi, menyamakan semua PNS sama ibarat menyamakan pegawai swasta perusahaan mikro dengan karyawan unicorn start-ups.
Ini PNS.
Dokter dan Nakes yang Bekerja di Faskes Pemerintah. |
Ini PNS.
Dosen di PTN |
Ini PNS.
Tim SAR |
Ini PNS.
Hakim |
Ini PNS.
Diplomat |
Ini PNS.
Peneliti di BRIN |
Ini PNS.
Sipir Penjara |
Intinya, PNS itu beragam dan tidak bisa digeneralisasi sebagai pegawai berbaju khaki yang hanya berkutat dalam hal administratif.
2. Seleksi CPNS Lebih Terbuka untuk Semua Kalangan
Ini lebih ke unpopular opinion dari saya, sih, tapi dilihat dari sistem seleksinya, seleksi CPNS sejujurnya bisa dibilang lebih terbuka untuk semua kalangan daripada seleksi berbagai jenis pegawai lain. Ini karena pada pada seleksi administrasi CPNS, tidak ada subjektivitas dan hanya berupa screening syarat administratif; Itu pun masih bisa disanggah pada mada sanggah. In contrast, seleksi masuk perusahaan swasta, misalnya, seringkali disertai dengan shortlisting yang bisa menyingkirkan kandidat sebelum perang seperti alma mater, riwayat pekerjaan, dan informasi dari sesama HR.
Setelah lulus seleksi administrasi, basically kelulusan sepenuhnya bergantung terhadap hasil tes yang hasilnya tidak bisa dimanipulasi (by system). Pengecualian untuk beberapa formasi yang mengadakan tes yang mempunyai subjektivitas seperti wawancara dan microteaching.
Catatan: mungkin hal ini baru berlaku setelah seleksi CPNS dilaksanakan secara transparan dan by system.
3. Beberapa Instansi Memasukkan Nilai-Nilai Militeristik pada PNS
Walaupun PNS itu "sipil", terkadang instansi-instansi pemerintah suka memasukkan nilai-nilai/value militeristik yang tidak jarang irrelevant dengan tupoksi PNS tersebut. Caranya bisa lewat latsar/prajab, progam bela negara, ataupun diklat. Alasannya biasanya adalah "nasionalisme" atau "kedisiplinan", tetapi menurut saya, nasionalisme dan militerisasi itu adalah dua hal yang berbeda.
Beberapa sekolah kedinasan yang mendidik calon-calon PNS juga justru terlihat lebih militer daripada militer. Tak jarang mereka juga menjadi bagian dari kaum "halo dek" yang stereotype-nya sudah menyebar ke seluruh penjur negeri ini.
Sipil Rasa Militer |
Bukan itu saja yang mungkin saya terangkan atau jelaskan. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini.
https://justpaste.it/akzyh
ReplyDeletehttps://justpaste.it/aurfv
ReplyDelete