Serem Banget, Mayat Berjalan “Kisah nyata dari Toraja"

1
 
Serem Banget, Mayat Berjalan “Kisah nyata dari Toraja"

Fenomena mayat berjalan tidak hanya sebuah cerita legenda belaka dari Toraja untuk generasi muda sekarang ini tapi kisah nyata itu pun sudah ada ratusan tahun yang lalu di Toraja. Cerita mayat berjalan ini sudah ada sejak dahulu kala, konon dulunya terjadi perang saudara di Tana toraja yakni orang Toraja Barat berperang melawan orang Toraja Timur. 

Dalam peperangan tersebut orang Toraja Barat kalah telak karena sebagian besar dari mereka tewas, tapi pada saat akan pulang ke kampung mereka seluruh mayat orang Toraja Barat berjalan, sedangkan orang Toraja Timur walaupun hanya sedikit yang tewas, mereka menggotong mayat saudara mereka yang mati, karena kejadian tersebut maka peperangan tersebut dianggap seri. pada keturunan selanjutnya orang-orang Toraja sering menguburkan mayatnya dengan cara mayat tersebut berjalan sendiri ke liang kuburnya.

Fenomena “Mayat berjalan” itu admin sendiri pernah menyaksikannya secara langsung. Kejadian tersebut terjadi sekitar tahun 1992 (waktu itu baru kelas 5 SD), pada saat itu di desa yang admin kunjungi bersama kekuarga, ada seorang bernama Pongbarrak yang ibunya meninggal. seperti adat orang Toraja sang mayat tidak langsung dikuburkan melainkan masih harus melalui prosesi adat penguburan bernama Rambu solo. 

Setelah mayat dimandikan, jenazah tersebut diletakkan di tempat tidur dalam sebuah kamar khusus sebelum dimasukkan kedalam peti jenasah, pada malam ketiga seluruh keluarga berkumpul untuk membicarakan bagaimana prosesi pemakaman yang akan dilaksanakan kedepannya. Saat itu Admin duduk di teras rumah, maklum masih bocil-lah, jadi suka mondar mandir. 

Begitu pertemuan keluarga selesai, tiba-tiba ada kegaduhan dalam rumah dimana beberapa ibu-ibu histeris berteriak, karena penasaran admin pun langsung melihatnya ke dalam rumah dan oh astaga sang mayat berjalan keluar dari dalam kamar, gimana gak kaget, aku bersama teman-temanku berteriak histeris juga dan berlari sekencangnya menuruni tangga. Setelah itu aku pun langsung dibawa pulang kerumah paman dan aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. 

Keesokan harinya kejadian tersebut rupanya cukup heboh diperbincangkan oleh warga dan info yang admin dengar katanya Pongbarrak yang melakukan hal tersebut, konon dia iseng aja untuk membuat lelucon pada malam itu. Pada zaman sekarang sudah sangat jarang orang Toraja yang mempraktekkan hal tersebut meskipun masih banyak generasi yang memiliki ilmu seperti itu, akan tetapi mereka masih sering mempraktekkannya pada binatang seperti ayam atau kerbau yang diadu dalam keadaan leher terputus. Yang tak lain adalah kerbau yang sudah dipotong kepalanya dan dikuliti habispun, masih bisa dibuat berdiri dan berlari kencang, mengamuk kesana sini! Ngeri....

Pernahkah anda melihat bagaimana ritual masyarakat setempat membangkitkan jenazah dari kuburan. Dulu ada yang meinggal dunia yakni almarhum Piter Sampe Sambara yang sudah wafat kurang lebih 80 tahun lalu. Bangkit dari tidur panjangnya. Setelah keluarganya menjalankan tradisi mengganti pakaian jenazah. Prosesi ini dikenal dengan istilah ritual adat Ma'nene.

Serem Banget, Mayat Berjalan “Kisah nyata dari Toraja"

Tradisi mengganti pakaian almarhum Piter Sampe Sambara' ini dilakukan kerabatnya sebagai bentuk penghargaan kepada leluhur, membongkar peti jenazah kerabatnya yang dikubur di liang batu. Sebelum ke kuburan, masyarakat dan para tokoh masyarakat berkumpul di pelataran desa di bawah deretan rumah tradisional khas Toraja, Tongkonan.

Mayat orang Toraja selalu dikuburkan di liang batu. Tradisi itu sudah ada jauh sebelumnya, mereka meyakini leluhurnya yang suci berasal dari langit dan bumi. Tak layak jasad orang yang meninggal dikuburkan di dalam tanah. Bagi mereka itu bisa merusak kesucian bumi yang berdampak pada kesuburan tanah. Tak jauh dari tebing, kaum lelaki saling bergandengan tangan membentuk lingkaran sambil melantunkan tarian Ma`badong. Sebuah gerak dan lagu yang melambangkan ratapan kesedihan mengenang jasa mendiang yang telah wafat sekaligus memberi semangat pada keluarga almarhum.

Terus peti jenazah pun mulai diturunkan dari lubang batu. Peti kusam berisi jasad Piter Sampe Sabara' yang diyakini ada kehidupan kekal setelah kematian. Kematian bukanlah akhir dari segala risalah kehidupan. Setiap keluarga di desa itu memiliki kewajiban mengenang dan merawat jasad leluhurnya meski sudah meninggal dunia berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Berbagai kegiatan ritual ini selalu diawali dengan memotong kerbau dan babi. Tradisi yang diwariskan leluhurnya itu dipercaya akan membawa kemudahan bagi warga setempat. Ritual yang menjadi rutinitas tahunan masyarakat setempat diyakini memudahkan penduduk setempat mendapat binatang buruan dan mencari buah-buahan di hutan. Tanaman pertanian panen lebih cepat dengan hasil melimpah.

Serem Banget, Mayat Berjalan “Kisah nyata dari Toraja"

Mereka menganggap jasad orang yang meninggal harus tetap dimuliakan, meski itu hanya tinggal tulang belulangnya. Ritual Ma`nene, yang diamanatkan leluhurnya, mendiang Pong Rumasek. Tradisi ini juga dimaknai sebagai perekat kekerabatan diantara mereka. Bahkan Ma`nene menjadi aturan adat yang tak tertulis yang selalu dipatuhi setiap warga.

Ketika salah satu pasangan suami istri meninggal dunia, maka pasangan yang ditinggal mati tak boleh kimpoi lagi sebelum mengadakan Ma`nene. Mereka menganggap sebelum melaksanakan ritual Ma`nene status mereka masih dianggap pasangan suami istri yang sah. Tapi, jika sudah melakukan Ma`nene, maka pasangan yang masih hidup dianggap sudah bujangan dan berhak mencari pasangan hidup.


Post a Comment

1 Comments
* Tolong Jangan Ngespam Ya. Semua komentar akan ditinjau oleh Admin.
Post a Comment