Berdasarkan penelitian Dr. Ir. Andang Bachtiar, beliau mengatakan dalam masa 11.000 - 12.000 tahun yang lalu, orang Jawa sudah hidup bercocok tanam dan sistem irigasinya sudah maju, dan katanya di dalam Laut Jawa atau lautan bekas daratan Sundaland yang berdekatan dengan Bangkok ditemukan adanya sungai -sungai dan saluran-saluran irigasi yang sudah berusia 12.000an tahun lamanya. Ini membuktikan kalau 12.000 tahun yang lalu di Jawa sudah menggunakan sistem irigasi dan pertanian.
Hal yang sama juga di kemukakan oleh Prof. Arysio Santos, seorang Geolog & Fisikawan Nuklir Brazil, dalam bukunya berjudul ATLANTIS The Lost Continent Finally Found. Dhani Irwanto, seorang perencana dan ahli dalam hidrologi, struktur hidrolik, bendungan dan pusat listrik tenaga air, dikatakan dalam bukunya: Atlantis, Kota Yang Hilang Ada di Laut Jawa. Penelitian genetis yang dilaporkan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pulau-pulau yang merupakan sisa-sisa Sundalandia kemungkinan besar dihuni sekitar 50.000 tahun lalu.
Ada juga penelitian Dr. Ir. Andang Bachtiar mengatakan 11.000-12.000 tahun yang lalu, diseluruh dunia ini, satu-satunya tempat yang paling sejuk dan memungkinkan berkembangnya peradaban hanyalah di Sundaland karena di tempat lain selain Sundaland pada saat itu hampir semua kawasan di permukaan bumi semuanya masih tertutup es yang sama sekali tidak ada hujan.
Akan tetapi karena naiknya permukaan air laut yang mencapai sekitar 130 meter akibat meletusnya gunung berapi super di Nusantara yakni Krakatau meletus 11.600 tahun lalu dan sebelumnya terjadi letusan Toba 75.000 tahun yang lalu. Dan dampaknya es-es di belahan benua lainnya meleleh dan diperkirakan terjadi sekitar 11.600 tahun yang lalu sehingga daratan Sundaland tenggelam dan memisahkan Nusantara dengan Asia Tenggara. Makanya nenek moyang Nusantara yang selamat menyebar ke berbagai belahan bumi.
DI JAWA AJARAN DHARMA SUDAH BERKEMANG RIBUAN TAHUN LAMANYA SEBELUM DHARMA BERKEMBANG DI INDIA
Sebelum ajaran Dharma dikenal di India, Jawa sudah ada Dharmaisme. Entitas spiritual yang tak terlihat dan memiliki kekuatan supranatural dalam mitologi Nusantara Kuno yang diyakini oleh para leluhur, yang lambat laun berkembang menjadi ajaran para dewa. Dalam istilah Nusantara modern, Hyang adalah sebutan untuk para dewa, dewata atau Tuhan, yang sangat berkaitan dengan ajaran Dharmisme di Indonesia khususnya di Jawa dan Bali kuno sudah ribuan tahun lamanya.
Praktek pemujaan leluhur ini merupakan asli dan dikembangkan oleh pribumi di Nusantara dan dianggap tidak berasal dari agama-agama Dharma India. Sebelum mengadopsi agama Dharma, Buddha, dan Islam, penduduk asli Nusantara percaya kepada entitas spiritual yang kuat namun tak terlihat dan bisa bersifat baik maupun jahat. Mereka juga meyakini kalau nenek moyang mereka tidak pergi atau hilang selamanya melainkan memperoleh kekuatan spiritual layaknya dewa, makanya adat atau pemujaan tersebut masih melekat pada sistem kepercayaan kelompok suku pribumi, contohnya suku Nias, Dayak, Batak, Toraja, Papua dan masih banyak lagi suku-suku lainnya yang ada di Nusantara.
Etimologi Hyang masih terus digunakan sampai sekarang. Sanghyang dan Rahyang merujuk kepada para dewa. Sembahyang adalah berasal dari kata Sembah-Hyang yang berarti ibadah kepada Hyang. Sebagian orang Jawa percaya bahwa kata Wayang berasal dari kata Ma dan Hyang yang berarti untuk Hyang.
Beberapa tokoh dewa dalam kisah pewayangan memiliki gelar yang dimulai dengan Sang Hyang. Istilah Negeri Kahyangan adalah berarti Tanah Para Hyang atau Tanah Surga. Sangeang api, sebuah kompleks gunung berapi aktif di kepulauan Nusa tenggara dan terdapat dalam naskah Majapahit Negarakertagama pada abad ke-14, adalah berasal dari Sang-Hyang Api. Pulau Sangiang di Selat Sunda berasal dari Sang-Hyang.
PERADABAN INDIA JAUH LEBIH MUDA DARI PERADABAN JAWA
Sekitar 2.500 tahun SM peradaban India kuno baru ada, dibuktikan di lembah sungai Indus yang ditandai dengan ditemukannya saluran pembuangan dan sanitasi di Mohenjo Daro dan Harappa. Sedangkan temuan yang ada di Jawa sudah ada sekitar 11.000 -12.000 tahun yang lalu, peradaban India jauh lebih muda dibandingkan peradaban yang ada di Jawa.
11.600 tahun yang lalu, peradaban Jawa tenggelam akibat ditelan oleh lautan, tahun yang sama saat tenggelamnya Atlantis, kota tertua didunia tempat berkembangnya peradaban manusia untuk pertama kalinya yang dikemukakan oleh Plato.
Kalau kita meneliti dalam Kitab berbahasa Sansekerta, Bhagavata Purana 500 SM s/d 1.000 M bercerita tentang tenggelamnya Kumari Kandam dimana ada seorang penguasa Dravida Manu selamat dari bencana banjir lalu membangun sebuah perahu dan dituntun oleh Dewata, ini mirip dengan kisah Nabi Nuh dan bahteranya dalam ajaran agama samawi. Dia dibawah ke tempat yang aman setelah Dewa Wisnu menjelma sebagai ikan untuk menarik perahu tersebut melewati banjir yang berkecamuk.
Dalam cerita kisah peristiwa tenggelamnya Kumari Kandam tersebut sangat mirip dengan kejadian tenggelamnya Sundaland atau Jawa yang ditelan banjir besar dimana air laut saat itu setinggi 130 meter yang diperkirakan terjadi sekitar 11.600 tahun lalu, sehingga nenek-moyang Jawa atau Sundaland yang selamat menyebar ke berbagai kawasan di muka bumi, termasuk ke India.
Banyak lagi kisah tersebut yang mirip, seperti kisah pindahnya dewa-dewa Jawa asli yaitu Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Tunggal bersama keluarganya, disaat tenggelamnya pulau-pulau Jawa tempat tinggal Sang Hyang Wenang dan Sang Hyang Tunggal, gempa bumi, gunung meletus, dan banjir besar yang memporakporandakan serta menenggelamkan daratan pulau-pulau di Jawa, lalu mereka pergi ke puncak Gunung Tengguru yang tak lain dikenal Gunung Himalaya dan membangun Kahyangan disana lalu menurunkan Dewa-Dewa dalam tradisi India seperti Dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan lain-lainnya.
BAHASA SANSKERTA BUKAN BERASAL DARI INDIA, TAPI BERASAL DARI TEMPAT YANG SUDAH LENYAP YAKNI JAWA ATAU SUNDLAND
Seperti yang dikatakan oleh peneliti Bahasa Sanskerta asal Eropa Sir William Jones, Bahasa Sanskerta bukanlah berasal dari India. Penelitian bahasa Sanskerta oleh bangsa Eropa dimulai dilakukan Heinrich Roth antara tahun 1620-1668 dan Johann Ernst Hanxleden di 1681-1731, lalu dilanjutkan oleh Sir William Jones. Saat Sir William Jones memberikan penjelasan di Asiatick Society of Bengal di Calcutta, 2 Februari 1786, beliau menjelaskan sebagai berikut:
"Bahasa Sanskerta, bagaimanapun kekunoannya, memiliki struktur yang menakjubkan; lebih sempurna daripada bahasa Yunani, lebih luas daripada bahasa Latin dan lebih halus dan berbudaya daripada keduanya, tetapi memiliki keterkaitan yang lebih erat pada keduanya, baik dalam bentuk akar kata-kata kerja maupun bentuk tata bahasa, yang tak mungkin terjadi hanya secara kebetulan; sangat eratlah keterkaitan ini sehingga tak ada seorang ahli bahasa yang bisa meneliti ketiganya, tanpa percaya bahwa mereka muncul dari sumber yang sama, yang kemungkinan sudah tidak ada".
Lalu pertanyaannya, dari manakah sebenarnya bahasa Sanskerta berasal? Apakah berasal dari Jerman, diaman Nazi Hitler pernah mengklaim bahwa Bangsa Arya adalah Ras Unggulan yang berasal dari Jerman yang menurunkan orang-orang India serta budaya Bahasa dan agama di India?
Tentu saja itu omong kosong belaka, jika memang berasal dari Jerman, maka para peneliti bahasa Sanskerta pasti sudah dengan tegas menyatakan itu, tapi Sir William Jones menyatakan tempat sumber munculnya bahasa Sanskerta dan Bahasa Yunani dan Latin kemungkinan sudah tidak ada (lenyap, hilang akibat ditelan oleh lautan), artinya Sanskerta bukan berasal dari Jerman, begitupun juga India.
Malah membingungkan, terus dari mana?
Memasuki abad ke-19, Ras Arya sering digunakan untuk merujuk bangsa Proto-Indo-Eropa, tapi sayangnya teori tersebut ditolak mentah-mentah, karena di Jerman tidak ada ditemukannya jejak-jejak ajaran Dharma dan justru bahasa Sanskerta lebih mirip dengan Aksara, Bahasa Jawa Kuno dan Aksara maupun Bahasa Jawa yang sekarang ini, dibandingkan dengan aksara dan bahasa Jerman.
Menemukan bukti tertulis bahasa Sanskerta berasal dari daratan Jawa memanglah suit karena sudah tenggelam 11.600 tahun lalu. Jangankan bukti tertulis budaya agama dan bahasa Jawa, selembar dokumen legal seperti ijazah kuliah sarjana seseorang pun apabila telah lenyap atau rusak tertelan banjir sudah tak ada jejaknya lagi dan tak dapat dijadikan buoriginal. Bahasa dan aksara Jawa yang mirip dengan bahasa dan aksara Sanskerta itu nyata ada di Jawa sampai sekarang.
Ajaran Dharma ini bukanlah agama Hindu, Buddha, Jainisme apalagi agama Islam, Kristen dan Yahudi, melainkan ajaran-ajaran spiritual yang konsep ajarannya merujuk pada pencerahan, kesempurnaan, aturan-aturan moralitas, dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap sesama manusia, terhadap semua makhluk, alam semesta seisinya, juga kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ajaran Dharma original Jawa antara lain;
1). Dalam Buddha Dharma (500 SM) maupun Hinduisme (yang baru lahir abad ke-19,yang memiliki akar Brahmanisme dan agama2 lokal serta tradisi2 India kuno) mengenal yang namanya Panca Khanda atau Panca Maha Bhuta, dalam ajaran Jawa sejak sebelum kedatangan Hindu dan Buddha ke Nusantara sudah dikenal yang namanya Sedulur Papat Kalima Pancer, Mar-Marti Kakang Kawah Adi Ari-Ari Getih Puser, yang memiliki kemiripan pada penjelasan empat anasir unsur pembentuk tubuh, rupa dan satu unsur lainnya adalah kesadaran.
(2). Dalam Buddha Dhamma tujuan akhirnya adalah Nibbana/Nirvana, Hinduisme tujuan akhirnya adalah Moksa, dalam ajaran Jawa sejak sebelum datangnya Hindu dan Buddha ke Nusantara tujuan akhirnya adalah Manunggaling Kawula-Gusti, Bali Marang Sangkan Paraning Dumadi, Jumbuhing Jagad Cilik lan Jagad Gedhe, Bali Marang Kasidan Jati, Merdika saka Kamardikan.
(3). Dalam Buddha Dhamma dan Hinduisme diajarkan _*Karmaphala (Hukum Karma)*_ dalam ajaran Jawa sejak sebelum kedatangan Hindu dan Buddha di Nusantara telah diajarkan ajaran _*Ngundhuh wohing pakarti*_
(4). Dalam Buddha Dhamma dan Hinduisme diajarkan adanya Upawasa, menahan lapar, haus, kantuk, dan menghindari hubungan sex, dalam ajaran Jawa sudah sejak sebelum jaman kedatangan Hindu dan Buddha di Nusantara juga sudah diajarkan Laku ngurang-ngurangi, mutih, ngebleng, ngrowot, nglowong, patigeni, dsb.
(5). Dalam Buddha-Dhamma diajarkan Samadhi dan dalam Hinduisme diajarkan Yoga, dalam ajaran Jawa sejak jaman sebelum kedatangan Hindu dan Buddha di Nusantara juga telah diajarkan ajaran Semedi.
(6). Dalam Buddha-Dhamma dan Hinduisme diajarkan sepatutnya menghormati para Dewa, dalam ajaran Jawa sejak jaman sebelum kedatangan Hindu dan Buddha di Nusantara juga sudah diajarkan demikian sejak ribuan tahun yang lalu, meskipun berbeda dalam hal Dewa yang dihormati masing-masing, di Jawa Dewa itu sebutannya adalah Hyang, kosakata Khas Kawi/Jawa Kuno dan tidak ada dalam Bahasa India/Sanskerta/Pali.
(7). Dalam Buddha-Dhamma dan Hinduisme diajarkan menghormati orang tua dan leluhur, dalam ajaran Jawa sudah sejak jaman sebelum kedatangan Hindu dan Buddha juga sudah diajarkan hal yang sama.
(8). Dalam Buddha-Dhamma dan Hinduisme dikenal kosmologi tiga alam yakni alam atas atau swarga, alam dunia manusia atau madyapada, alam bawah ataualam penderitaan. Dalam ajaran Jawa sudah sejak jaman sebelum kedatangan Hindu dan Buddha di Nusantara juga sudah diajarkan kosmologi tiga alam "Triloka".
(9). Dalam Buddha-Dhamma diajarkan adanya Punnabhava atau Tumimbal lahir di Hindu juga Punarbawa atau reinkarnasi, didalam ajaran Jawa jauh sebelum kedatangan Hindu dan Buddha di Nusantara juga sudah diajarkan adanya ”Panitisan”, bahwa roh seseorang sesungguhnya tidak pernah benar-benar mati, dan terlahir kembali sesuai timbunan Pakartinya masing-masing semasa hidupnya.
MANUSIA PURBA INDIA TAK SETUA MANUSIA PURBA JAWA
Usia manusia purba tertua yang ditemukan di India hanyalah sekitar 202.000 tahun SM, sementara itu, fosil manusia purba Jawa yang berhasil ditemukan saat ini adalah berusia 1,9 juta tahun, jauh lebih tua dari fosil manusia purba India yang ditemukan.
Fosil tersebut berupa atap tengkorak tanpa wajah bawah seorang anak berusia sekitar 2-6 tahun. Umur kepurbaannya termasuk tertua di luar Afrika, yakni 1,9 juta tahun. Ini berdasarkan penelitian Laboratorium Bio-Paleoantropologi FK KMK UGM dan Fosil temuan di situs Wringinanom, Gresik, Jawa Timur ini juga diklaim sebagai spesimen fosil manusia purba tertua di luar benua Afrika.
NENEK MOYANG JAWA MENYEBAR KE INDIA,CHINA, TIBET, MESIR, MESOPOTAMIA, YUNANI, DAN BERBAGAI TEMPAT LAINNYA SEJAK MELETUSNYA TOBA 75.000 TAHUN YANG LALU DAN LETUSAN KRAKATAU 11.600 TAHUN YANG LALU, MEMBAWA DAN MENGAJARKAN BUDAYA DAN PERADABANNYA
Berdasarkan penelitian oleh Prof. Arysio Santos mengatakan secara rinci:
"Sejenis kera yang menyerupai manusia, yaitu nenek moyang manusia, pertama kali muncul di Afrika sekitar tiga juta tahun yang lalu. Hominid primitit ini segera menyebar ke seluruh Eurasia dan wilayah di luarnya, mencapai Timur Jauh dan Australia setidaknya sekitar satu juta tahun yang lalu, atau bahkan mungkin lebih. Disanalah manusia asli ini mula-mula mengembangkan peradaban."
"Di Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya inilah manusia setelah beremigrasi dari sabana-sabana Afrika masa Pleistosen yang setengah bergurun dan dari Timur Tengah yang saat itu gurun sama sekali. Di tempat inilah sebenarnya nenek moyang kita menemukan budaya bercocok tanam dan peradaban. Penemuan-penemuan yang mengubah kita dari sekadar hewan biasa yang sibuk mencari makan tanpa henti."
"Sejumlah kecil orang yang selamat dari bencana Toba yang menghancurkan Lemuria, terpaksa melarikan diri dari surga yang hancur itu. rupanya, India untuk sementara waktu menjadi tempat perlindungan utama yang dipilih oleh mereka, tapi pada saat kondisi di daratam Indonesia sudah cukup tenang, kebanyakan orang kembali ke wilayah surga tersebut."
"Kemudian terjadilah ledakan Krakatau 11.600 tahun yang lalu dan akhirnya mengakibatkan Zaman Es Pleistosen berkesudahan, mencairnya gletser-gletser Himalaya yang sangat besar juga mengakibatkan meluapnya sungai-sungai besar Asia dan membiat seluruh wilayah tersebut tidak layak dihuni oleh manusia dalam jangka wakti yang sangat panjang sesudahnya. Banjir banjir ini juga menghabiskan sisa, yang sebagian besar sudah dihancurkan oleh ledakan gunung berapi."
"Mencairnya gletser-gletser Himalaya yang sangat besar pada akhirnya juga menyebabkan terjadinya kekeringan di seluruh wilayah yang dulu mereka aliri, di Tibet, wilayah Tarim Basin, Mongolia Luar dan Dalam, dan sebagainya. Sekali lagi, orang-orang yang ditimpa bencana ini harus meninggalkan kampung halaman surga mereka."
"Tetapi, penduduk setempat mengusir mereka, sehingga mereka terpaksa nengembara dan menjarah, nenjadi "orang-orang barbar", seperti Yueh-chi, bangsa Tocharia, Hsiung-nu (bangsa Hun), dan sebagainya. Demikianlah, pada millenium tersebut, mereka pindah lagi untik mendirikan peradaban-peradaban besar di Mesir, Mesopotamia, Palestina, Afrika Utara, Eropa, Asia Utara, Timur Dekat, bahkan aseania dan Amerika yang jauh letaknya."
"Ada yang datang dengan berjalan kaki dalam rombongan besar, seperto pelarian Israel. Yang lainnya datang dengan menggunakan kapal, seperti Nuh dalam bahteranya atau Aeneas dan rombongannya, untuk mendirikan peradaban-peradaban besar dunia kuno. Para perantau ini lalu dikenal dengan nama-nama seperti bangsa Fomore, Pelasgia, Etrusca, Hyksos, Barbar, Mesir, Libia, Orang-orang Laut, dan sebagainya."
"Nama-nama ini kerap kali dihubungkan dengam gagagasan tentang daratan yang tenggelam yang berubah menjadi rawa atau pulau: Sekhet Aaru, rawa-rawa Tritonia, dan sebagainya. Pulau-pulau ini adalah pulau Atlantis,"
"Peradaban-peradaban besar yang kita kenal di lembah Sungai Indus, Mesir, Mesopotamia, Asia Kecil, Yunani, Romawi, dan bahkan wilayah-wilayah Amerika (Meksiko, Peru, dan sebagainya), kebanyakan adalah koloni bangsa Atlantis dan didirikan pada awal dan akhir zaman Es terakhir serta sesudahnya, oleh mereka yang selamat dari bencana alam, yang dua kali menghancurkan surga kembar : Atlantis yang sebenarnya dihancurkan oleh ledakan Toba 75.000 tahun yang lalu dan Atlantis Lemuria dihancurkan oleh ledakan Krakatau 11.600 tahun yang lalu)."
Join Yuk cari jodoh:
ReplyDeletehttps://note.gd/dUxNUH