BUGIS STREET SINGAPURA, TEMPAT BISNIS ORANG BUGIS

1
 
BUGIS STREET SINGAPURA, TEMPAT BISNIS ORANG BUGIS

Dulunya Apung Pasir Putih bernama Jalan Bugis atau Bugis Street, sebuah tempat tinggal dan bisnis orang-orang Bugis pada mulanya. Kita kenal kalau orang Bugis berasal dari Sulawesi Selatan, membawa rempah-rempah khusus, pakaian katun, kopi, beras, dll  mengunakan perahu dari Kepulauan Rempah terdekat ke Singapura untuk berbisnis, lalu secara perlahan-lahan berakar di Singapura. Pada tahun 1822, Raffles Town Plan merencanakan mendirikan Kampung Bugis di tepi Sungai Rochor. Dengan perkembangan atau bertambahnya jumlah penduduk, Kampung Bugis makin meluas hingga ke Sungai Kallang.

Suku Bugis memang dikenal rantauannya berlayar dengan perahu, kehebatan suku busgi dalam mengarungi samudera sangatlah dikenal secara luas, seluruh pulau yang ada di Indonesia  ini pasti ada orang Bugis bahkan di luar negeri pun seperti Malaysia, Filiphina, Brunei, Singapura bahkan sampai ke Afrika Selatan.  Salah satu faktor kala itu orang-orang Bugis merantau karena adanya konflik antara Kerajaan Bugis dan Makassar serta Konflik sesama Kerajaan Luwu, makanya orang bugis memilih untuk merantau, mencari kedamaian dan kebahagiaan daripada tinggal di kampung.

Dalam perantauan, suku Bugis mengadu nasib, ada yang menjadi nelayan dan pedagang, kebanyakan sukses di negeri orang, salah satu tempat yang menempatkan karakter orang Bugis sebagai pedagang adalah di Singapura. Orang-orang Bugis meninggalkan Sulawesi pada awal abad ke-17 untuk berdagang komoditas di pulau Jawa. Perusahaan Hindia Timur Belanda kala itu mengincar Kepulauan Rempah-rempah, memotong jalur keuangan orang Bugis antara Sulawesi dan Jawa, memaksa mereka berpindah dan berlayar menjauh ke Kepulauan Melayu. 

BUGIS STREET SINGAPURA, TEMPAT BISNIS ORANG BUGIS

Mendirikan pusat perdagangan di Semenanjung Malaya, Riau dan Singapura. Berdasarkan data sensus tahun 1881, sebanyak 2.053 orang Bugis berdomisili di Singapura, berada di wilayah Kampong Bugis dan Kampong Soo Boo. Keturunan Orang Bugis lama kelamaan kawin campur dengan orang Melayu dan melebur menjadi ras Melayu. Sampai hari ini, orang-orang Bugis yang asli sudah tinggal sedikit.

Disaat Singapura jatuh di tangan Inggris, pintu perdagangan di Singapura akhirnya terbuka lebar, populasi orang Bugis di Singapura makin bertambah. Tercatat pada tahun 1824, populasi Bugis yang bermukim di Kampung Glam sebanyak 1.851 orang dari total penduduk 10.683 orang. Bahkan setelah itu, kedatangan para pedagang Bugis terus bertambah, contohnya di tahun 1825, sebanyak 120 perahu yang menyebrang ke Singapura.

Orang Bugis yang terkenal dalam sejarah Singapura dan Malaysia modern lahir di Singapura, lalu menjadi Sultan Johor Abu Bakar pertama, kepala Malaysia kedua, Tun Abdul Razak, dan kepala negara saat ini Najib Abdul Razak / putra Tun Razak. Alasan kenapa Baishafu dinamakan Baishafu, itu diyakini terkait dengan medan tahun itu. Tidak jauh dari Baishabu adalah pantai Beach Road Pasir putih di pantai "Mengambang" dengan pejalan kaki ke Bugis Street, menciptakan nama umum "Sandbuo Putih".

BUGIS STREET SINGAPURA, TEMPAT BISNIS ORANG BUGIS

Orang-orang Kanton menyebut Jalan Bugis adalah Jalan Hitam. Dalam perang Jepang di tahun 1940-an, kebanyakan rumah bordil yang melayani pasukan Jepang dibuka di sini. Orang Kanton sangat tak suka kepada tentara-tentara Jepang dan menjuluki mereka "si Hantu Hitam". Tempat di mana para tentara Jepang jatuh cinta adalah "Jalan Hitam".

Post a Comment

1 Comments
* Tolong Jangan Ngespam Ya. Semua komentar akan ditinjau oleh Admin.
Post a Comment