Mungkin sobat pernah mendengar nama Nishiguchi Akira? Dia seorang pembunuh berantai yang terkenal di Jepang saat itu. Nishiguchi Akira seorang pelaku kejahatan bejat tanpa pandnang bulu sampai-sampai dijuluki "A child of Devil" dan melarikan diri sambil mengelabui polisi dengan teknik yang cerdik. Tapi, yang lebih mengejutkan dan tak disangka penangkapan Nishiguchi bantuan dari seorang gadis berusia 10 tahun. Nishiguchi Akira lahir 14 Desember 1925, saat berumur 3 tahun, keluarganya pindah rumah dari Osaka ke Kepulauan Goto di Nagasaki. Orang tuanya beragama katolik menginginkan Nishiguchi menjadi pendeta dan di-sekolahkan di katolik Mission School. Karena gak tahan akan kehidupan yang keras dan disiplin di dormitory sekolahnya, Nishiguchi putus sekolah pada semester 2 kelas 3 SMP, tepat sebelum lulus.
Mulai saat itu perilaku atau tingkah laku Nishiguchi makin menjadi-jadi dan sering mencuri atau merampok. Tahun 1941 saat berusia 16 tahun, dia dijebloskan kedalam tahanan "Juvenile Prison" ( Rumah Tahanan Remaja.) Setelah bebas dari Rumah Tahanan Remaja, bahkan dia masih tetap saja menipu dan merampok dan dia sering keluar masuk penjara. Tahun 1946 saat Nishiguchi berumur 20 tahun dia menikah dengan pacarnya berusia setahun lebih muda darinya dan masih dalam masa tahanan. Meskipun Nishiguchi sudah dikaruniai 3 orang anak, dia berselingkuh dengan wanita lain saat berusia 36 tahun.
Dia sangat butuh uang untuk diberikan ke wanita selingkuhannya dan hutangnya sangat banyak saat itu, lalu Nishiguchi melakukan kejahatan. Berbeda dari kejahatan sebelumnya, kali ini dia mau memperoleh uang dengan cara membunuh.
PEMBUNUHAN PERTAMA
Tanggal 18 Oktober 1963 Nishiguchi mengajak kenalannya ke sebuah kebun lalu membunuhnya dan mengambil uang sebanyak 270.000,- Yen atau setara 33 juta Rupiah. Saat itu supir taksi yang mengantar kenalannya pun dibunuh Nishiguchi agar tak ada saksi, lalu melarikan diri. Meski berhasil kabur, kenalan Nishiguchi yang dibunuh tersebut sebelumnya bilang ke temannya kalau dia akan bertemu Nishiguchi dihari itu dan juga dari penyelidikan polisi ditemukan sidik jari Nishiguchi di TKP.
Nishiguchi yang sudah memiliki catatan kriminal sebelumnya, 2 hari setelah kejadian tersebut polisi menetapkannya sebagai "wanted person", sementara itu Nishiguchi dengan santainya bermain boat race, dan baru sadar kalau dia sedang dijadikan buronan polisi begitu membaca koran. Saat itu Nishiguchi langsung menemui selingkuhannya dan berencana melarikan diri. Tapi saat mendengar soal kejahatannya di radio, Nishiguchi berencana mengganggu penyelidikan polisi. Jadi dia mengirimi polisi surat berisi: "Yang tertulis di poster daftar buronan adalah benar. Saya menyesal telah melakukan kejahatan tersebut dan saya akan mengakhiri hidup saya sendiri. Nishiguchi Akira"
Lalu seminggu kemudian di dek kapal penghubung Kanagawa ditemukan jas dan sepatu kulit, dalam saku jas-nya ditemukan pula catatan bunuh diri yang ditujukan ke keluarga Nishiguchi. Dari kondisi ini polisi berasumsi Nishiguchi menenggelamkan dirinya ke laut lantas polisi melakukan penyelidikan maritim tapi tidak bisa menemukan Nishiguchi. Polisi menyadari ternyata pakaian dan catatan bunuh diri ini merupakan jebakan yang sudah disiapkan Nishiguchi agar dikatakan bunuh diri, dan polisi memulai melakukan pencarian kembali lagi.
PEMBUNUHAN KEDUA
Nishiguchi berhasil mengganggu penyelidikan polisi dengan taktiknya, kali ini memanfaatkan nama palsu dan menginap di sebuah penginapan bernama "Fujimi" di Prefektur Shizuoka. Mengaku sebagai dosen, lalu Nishiguchi makin akrab dengan Okami (wanita pemilik penginapan) bernama Yuki dan berencana mencuri uang dari wanita tersebut.
18 November 1963
Nishiguchi mengambil brankas uang dari penginapan serta membunuh Yuki dan ibunya karena kedapatan oleh mereka berdua. Nishiguchi juga mencuri permata dan emas lalu kabur. Dari kejadian tersebut Nishiguchi orang ke-5 di Jepang yang ditetapkan sebagai "most wanted person" oleh kepolisian. Kepolisian membentuk Satgas Pencarian Nishiguchi dan ditugaskan keseluruh jepang, tapi apesnya belum juga bisa menemukan Nishiguchi.
PEMBUNUHAN KETIGA
Sebulan setelah pembunuhan kedua, Nishiguchi berangkat ke Tokyo dan menyamar sebagai Staf akuntansi dari Pengadilan Daerah Chiba dan mengambil uang dari orang-orang yang membayar denda lalu memanfaatkan uang tersebut untuk melarikan diri. Nishiguchi juga membunuh seorang pengacara, merampas uang serta badge pengacara-nya, dan pergi dari Tokyo ke wilayah Kyushu lalu menyamar sebagai pengacara dan bergabung di agensi pengacara di Prefektur Tokushima.
KEJAHATAN TERAKHIR
Nishiguchi tak henti-hentinya menipu sebagai pengacara, mengambil uang dari para klien dan mengaku bernama "Kawamura Kakuji", lalu dia berangkat ke Prefektur Kumamoto dan menargetkan seorang biksu bernama "Furukawa Tairyuu" Furukawa Tairyuu merupakan seorang biksu yang membantu kementelan para narapidana yang akan dihukum mati. Dia juga melakukan pekerjaan filantropi (menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain) untuk membantu dan menyelamatkan mereka yang terlibat tuduhan palsu.
Nishiguchi mengetahuinya dari koran bahwa Furukawa Tairyuu saat itu melakukan Takuhatsu yaitu seorang biksu yang memegang mangkuk, berdiri di depan rumah, merapalkan mantra, dan menerima beras dan uang untuk pelatihan biksu. Saat Nishiguchi dipenjara di Fukuoka, dia pernah melihat muka Pak Furukawa dan sedikit mengingatnya. Lalu dia berencana menemukan Pak Furukawa dan merampas uang hasil Takuhatsu-nya.
2 Januari 1964
Nishiguchi menemui Pak Furukawa dan mengaku sebagai pengacara bernama "Kawamura" yang berniat mau membantu pekerjaan membebaskan orang tidak bersalah. Pak Furukawa yang langsung percaya membawa Nishiguchi ke rumahnya. Saat itu, Pak Furukawa sama sekali tidak mencurigai Nishiguchi, tapi nahasnya anak gadisnya yang bernama "Ruriko" berusia 10 tahun saat itu merasa kenal muka Nishiguchi. Gadis itu langsung bergegas keluar rumah dan menuju ke tempat poster ditempelkan "wanted person" yang tak jauh dari rumahnya.
Lalu Ruriko mencocokkan ciri-ciri orang yang ada di dalam poster dengan pengacara yang baru saja memasuki rumahnya. Dan dia yakin kalau Kawamura adalah Nishiguchi. Ruriko, karena saat berangkat dan pulang sekolah. dia setiap hari melewati tempat yang ditempeli poster tersebut, dan nama "Nishiguchi Akira" cuma berbeda satu huruf dengan temannya dan Ruriko sangat tak bisa melupakan itu.
Setelah kembali ke rumah, Ruriko memberitahu keluarganya kalau pengacara bernama Kawamura itu adalah Nishiguchi Akira, seorang buronan polisi. Pak Furukawa yang mendengar perkataan putrinya, bilang "Maksudmu apa? Bukankah itu perkataan kasar? Pengacara Kawamura adalah seorang utusan yang diberkati dan mau membantu" lalu mengabaikan putrinya.
Meskipun begitu, Ruriko tanpa menyerah begitu saja meyakinkan Ayahnya, sampai Pak Furukawa menyadari kalau perilaku putrinya tidak seperti biasanya dan mulai mencurigai pengacara Kawamura. Lalu Pak Furukawa menyelidikinya diam-diam dan ternyata Pengacara Kawamura adalah Nishiguchi Akira setelah mencocok ciri-ciri wajahnya seperti tahi lalat, dll.
Pak Furukawa yakin jika Nishiguchi dibiarkan berkeliaran maka akan menambah banyak korban. Pak Furukawa merencanakan penangkapan dengan cara yang cukup begitu berbahaya yakni mengajak Nishiguchi menginap di rumahnya lalu melaporkan ke polisi. Setelah mengantar Nishiguchi ke kamar tamu, Pak Furukawa mengunci kamar tidur anggota keluarganya untuk menghindari penyerangan. Sudah yakin Nishiguchi tertidur lelap, Pak Furukawa mengantar keluarganya ke pos polisi terdekat.
PENANGKAPAN
Polisi yang menerima informasi tersebut langsung berangkat ke kediaman Pak Furukawa jam 4 subuh. Polisi meminta bantuan Pak Furukawa untuk mengajak Nishiguchi ke pemandian air panas dan melihat apa ada bekas luka di dada kanannya. Pak Furukawa dengan sontak menolak karena keinginan polisi sangat berbahaya dan berisiko, lalu polisi mengutus salah satu anggota polisi untuk ikut ke pemandian air panas dan menyamar sebagai pelanggan.
Paginya, Pak Furukawa langsung mengajak Nishiguchi ke pemandian air panas, tapi susah untuk memeriksa luka dada sebelah kanan Nishiguchi karena selalu ditutupi dengan sapu tangan. Pak Furukawa berkali-kali berusaha memeriksa dada kanan Nishiguchi tapi belum berhasil juga. Setelah pulang dari pemandian air panas, Nishiguchi yang menyadari kalau ada yang aneh dengan gerak-gerik Pak Furukawa, langsung seketika itu juga mengemas pakaiannya dan pergi, tapi sayangnya polisi sudah berada di depan rumah Pak Furukawa dan akhirnya menangkap Nishiguchi.
Akhirnya drama pelarian 77 hari dan kasus pembunuhan berantai terburuk di Jepang yang menewaskan 5 orang, akhirnya terpecahkan oleh seorang gadis yang baru berusia 10 tahun dan juga tindakan berani dari Pak Furukawa. Nishiguchi ditangkap dan didakwa 5 kasus Pembunuhan, 10 kasus Penipuan, 2 kasus Pencurian, lalu dijatuhi hukuman mati di persidangan pengadilan. Saat itu Hakim menjulukinya "A child of Devil", dan polisi menjulukinya "Peraih Black Gold Medal Terbaik Sepanjang Sejarah" kepada Nishiguchi.
Takut anaknya akan merasa bersalah karena sudah membuat seseorang dihukum mati, Pak Furukawa menolak media untuk datang meliput putrinya. Pak Furukawa juga membantu membiayai sekolah anak-anak Nishiguchi dan mengirimi surat serta buku-buku keagamaan ke Nishiguchi saat di penjara. Beberapa bulan kemudian, dan pada 11 Desember 1970, eksekusi hukuman mati Nishiguchi akan segera dilaksanakan di Penjara Fukuoka. Sebelum dihukum mati, Nishiguchi mengirimkan pesan ke Pak Furukawa, "Pak Furukawa, Terima Kasih. Tolong sebarkan abu-ku di Teluk Beppu. Ameen"
Demikianlah ulasan yang kami sampaikan tentang seorang pembunuh berantai paling menakutkan di Jepang, dan tentunya terima kasih sudah membaca, salam Pea Masamba. Bye.