Batang pohon sagu yang bentuknya mirip dengan pohon palma menghasilkan tepung yang dinamakan tepung sagu. Pohon sagu kebanyakan tumbuh di pinggir sungai atau tanah berkadar air yang cukup tinggi. Rata-rata tinggi pohon sagu mencapai 30 meter dan satu pohon sagu bisa menghasilkan 150 s/d 300kg tepung sagu. Di Maluku dan Papua, sagu diolah menjadi makanan yang disebut Papeda. Sedangkan di Sulawesi, sagu diolah menjadi makanan bernama Kapurung atau Pugalu. Bentuk makanan ini bertekstur seperti lem dan akan lebih enak jika disajikan dengan kuah ikan, daging atau sayur. Ditambahkan jeruk, patikala dan lombok. Sementara masakan kapurung yang lebih dikenal di daerah Luwu, Sulawesi Selatan, biasa dicampur berbagai macam sayuran, ikan, daging dan aneka rempah lainnya, sedangkan di Masamba lain lagi, kapurung dengan sayur dipisahkan, cuman kuah ikan atau sayur, daging dan lombok, jeruk, patikala.
Tak perlu berpanjang lebar lagi, admin akan menceritak sebuah cerita rakyat berkisah asal usul pohon sagu dan palem di sulawesi. Dahulu, kala di daerah Donggala Sulawesi Tengah, sebuah keluarga yang begitu miskin, tinggal di hutan nan lebat di Dolo. Untuk makan sehari-hari saja, sang suami biasa mencari dan memetik buah-buahan, sayuran dan lainnya di hutan tempat mereka tinggal. Jika tidak menemukan buah-buahan, sayuran, maka sang suami akan menangkap hewan-hewan hutan seperti ayam hutan dengan cara membuat perangkap dengan tali. Sudah sering kali si istri menyuruhnya berkebun (membuka lahan), namun sayangnya sang suami orangnya begitu pemalas, dia cuma akan pergi ke hutan jika kebutuhan sehari-hari mulai habis dan selama persedian makanan masih tersedia, dia pun akan bermalas-malasan dirumah.
Karena sang suami bosan sudah mulai tak betah hidup miskin. Akhirnya dia mau membuka lahan dan berkebun. Llau dia menyampaikan niat baiknya tersebut ke sang istrinya. “Dik! Bagaimana kalau kita berkebun saja? Aku sudah muak hidup seperti ini terus,” ungkap sang Suami. “Syukurlah, Bang, dengan begitu kebutuhan kita bisa terjamin dan tersedia. Emang mau berkebun di mana? Bukankah kita tidak punya lahan untuk berkebun?” tanya sang Istri. “Aku akan membuka lahan di hutan,” jawab si suami.
Sang suami keesokan harinya, pagi-pagi dia sudah berangkat ke hutan Doho. Dia mencari tempat yang cocok baginya untuk membuka lahan. Sang suami pun masuk agak kedalam hutan untuk mencari lahan yang tepat untuk berkebun, hingga akhirnya dia melihat ada sebuah danau kecil, dalam hatinya dia berkata "Lahan ini kayaknya lokasi yang tepat dan bagus dijadikan kebun, karena ada danaunya sehingga aku gak kesulitan mencari air, tapi aku mau beristirahat dulu sebentar".
Sang suami itu pun duduk di bawah pohon sambil melihat danau yang bersih itu, udara yang begitu sejuk sehingga membuat lelap tertidur. Dia tertidur hingga menjelang sore, sat dia terbangun, dia merencanakan besok pagi akan menggarap lahan itu karena hari sudah mulai gelap.
Sang Suami pulang dari hutan sambil membawa buah-buahan untuk persiapan makan malam. Saat tiba dirumah istrinya pun menyambutnya dengan penuh harapan. Usai menyuguhkan makanan, sang Istri bertanya ke sang suami.
“Bang? Apakah kamu sudah menemukan lahan yang bisa kita tanami?” tanya istrinya.
Sang suami mengangguk dan bilang " Iya, dik, aku sudah menemukan lahan yang bagus buat berkebun karena dekat dengan danau meskipun agak jauh dari rumah, jadi besok aku akan menggarap lagi lahan itu" ungkap sang Suami.
Sang istri senang sekali, karena suaminya sudah tidak bermalasan lagi. Esok harinya, sang suami berangkat ke hutan. Dia membawa peralatan kebun untuk membuka lahan. Tapi, setelah sampai di hutan pinggir danau, sifat malasnya kumat lagi. Dia cuma duduk- duduk sambil melamun, dan akhirnya tertidur. Saat dia terbangun, hari sudah sore. Dia pulang ke rumah lagi, hal itu terjadi terulang-ulang hingga sebulan lamanya. Dia tidak bekerja selain cuma tidur di bawah pohon pinggir danau.
“Nak! Jika Papa sudah selesai membuka lahan kebun, kita berdua bisa membantunya menanam apa saja di kebun,” ungkap sang Ibu ke anaknya.
“Apa aku boleh ikut membantu berkebun, Ibu?” tanya anaknya.
“Tentu saja, Nak! Papamu pasti sangat senang jika kau juga ikut membantunya,” jawab sang Ibu sambil senyum.
Setibanya sang suami dirumah, sang istri pun langsung nanya, “Bang, sudah sebulan lebih? Bagaimana perkembangan lahan yang Abang kerjakan?” sambut istri dan anaknya dengan riang. Sang suami jawab "Sudah mulai hampir selesai, Dik. Tak lama lagi kita akan panen".
"Syukurlah, Bang, lagipula persedian makanan kita sudah hampir habis" ungkap sang Istri.
Tapi istrinya begitu curiga mengingat sifat suaminya seorang pemalas, keesokan harinya karena penasaran ingin melihat hasil pekerjaan suaminya, dia bersama anaknya membuntuti suaminya ke hutan tempatnya bekerja. Sesampainya di tempat itu, sang istri begitu terkejut, dia tidak menemukan satu ladang pun dan bikin terkejutnya lagi dia mendapati suaminya cuman tertidur di bawah sebuah pohon dekat danau. Alangkah kecewanya sang Istri, karena lahan perkebunan yang diharapkannya tidak ada.
“Bang! Kenapa cuman tidur saja disini, mana kebun yang Abang katakan itu?” tanya sang Istri.
Mendengar pertanyaan istrinya itu, sang Suami terbangun dan bilang, " Kebun itu akan Abang segera kerjakan, dik" jawab sang suami. "Jadi selama ini Abang membohongiku, aku gak tahan lagi, aku muak, Abang memang pemalas, lebih baik aku tenggelam di danau saja ini" ujar sang istri.
Belum sempat sang suami mencegatnya, sang istri pun sudah melompat ke danau dan tenggelam.
“Ibu…, Ibu…. Jangan tinggalkan aku, aku ikut Ibu!” teriak anaknya sambil menangis dan melihat ibunya, yang tenggelam, si anak jadi panik. Tanpa pikir panjang, anaknya pun ikut melompat juga ke danau itu hendak menolong ibunya. Sang suami tampak tak percaya dengan apa yang dia lihatnya. Istrinya telah melompat dan menceburkan dirinya ke dalam danau dan tiba-tiba anak satu-satunya yang dia sayangi ikut juga melompat ke dalam danau sebelum sempat dia mencegahnya. Ketika sang suami hendak mau menyelamatkan istri dan anaknya, sang suami terkejut melihat ada dua batang pohon muncul tiba-tiba ditempat istri dan anaknya tenggelam.
Pohon yang muncul di tempat istrinya tenggelam itu, kemudian di kenal dengan nama Pohon Sagu sedangkan pohon yang muncul di tempat anaknya tenggelam, dikenal dengan nama Pohon Palem. Demikian cerita Asal Usul Pohon Sagu dan Palem dari daerah Donggala, Sulawesi Tengah. Cerita rakyat ini bisa dikatakan mengandung pesan-pesan moral yang bisa dipetik dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya ada dua makna yang terkandung dari cerita ini, yakni sifat malas bekerja dan sifat kasar yang tidak boleh kita biasakan.
https://note.gd/Q01aSV
ReplyDelete