Dari berbagai referensi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nasional Geographic Indonesia website, goodnewsfromindonesia dan portal sumber jurnal lainnya mengatakan kalau Bahasa Indonesia ini berakar dari bahasa Melayu. Ada juga sumber mengatakan kalau bahasa indonesia berasal dari Austronesia.
1. Austronesia
Austronesia kalau diartikan adalah "Kepulauan Selatan"Austrālis (bahasa latin) artinya Selatan dan nêsos (bahasa Yunani) artnya Pulau.
Bahasa Austronesia mencakup sekitar 1.200 bahasa dan sebanyak 270 Juta penutur yang mendiami lebih dari setengah belahan dunia. Penuturnya berasal dari Madagaskar barat hingga kepulauan Paskah ujung timur Pasifik, Taiwan s/d Mikronesia dan Selandia Baru batas selatan. Mengenai Austronesia ini banyak sekali punya pandangan yang berbeda. Diantaranya dalam buku Out of Taiwan (Bellwood-Blust), The Express Train of Polynesia (Diamond), The Taiwan Homeland Concept (Reed) dan banyak lagi yang lainnya. Sehingga jika di telaah kita bisa menyimpulkan mengenai pandangan pokok yang berbeda;
(1) Austronesia berasal dari Pulau Taiwan,
(2) Austronesia berasal dari kawasan Asia Tenggara kepulauan,
(3) Austronesia berasal dari kawasan Melanesia. Dan teori yang terkenal adalah teori dari Bellwood, dikatakan Austronesia berasal dari Taiwan dan Pantai Cina bagian selatan.
2. Bahasa Melayu
Bahasa merupakan bahasa yang banyak dipakai dalam berbagai bidang seperti perdagangan rempah di Nusantara. Bbahasa Indonesia berakar dari rumpun bahasa Austronesia. Menurut sejarawan Leonard Y. Andaya, bentuk jamak paling purba bahasa ini yang disebut Proto Melayu-Polinesia diperkirakan banyak digunakan di Filipina sekitar 2.500 tahun SM.
Bahasa Melayu Kerajaan Sriwijaya dikenal dengan nama Lingua Franca atau "bahasa pergaulan". Bahasa melayu inilah yang menjadi bahasa persatuan para saudagar dan pedagang di Jalur Rempah Nusantara. Beda lagi dengan Champa yang berasal dari Vietnam, namun sekarang sudah mendominasi di Kamboja sebagai penghuni terbanyak, lalu Vietnam (negeri asal champa). Champa termasuk kelompok asli etnis Asia Tenggara, dan masih sedarah dengan suku Aceh, Melayu, dan Austronesia.
Ada juga pendapat kalau Minangkabau berasal dari Champa, sebenarnya itu gak benar. Masyarakat Champa bermigrasi ke daerah Minangkabau setelah kalah dalam perang dengan Vietnam. Jadi yang masih berasal dari Champa adalah Aceh, bukannya Minangkabau. Sub etnis dari melayu, bukan melayu yang berasal dari Champa. Karena melayu asalnya dari melayu itu sendiri. Melayu tetaplah melayu.
Sedangkan Champa, Minangkabau, suku-suku lainnya dari Sumatera, semenanjung malaysia, dan sebagian Kalimantan Barat, Utara, semuanya adalah melayu. Jangan dibalik yah. Champa sendiri sebenarnya mayoritas penganut Islam karena adanya pedagang dari Arab yang membawa ajaran Islam saat itu. Hubungan Champa dengan Nusantara (Indonesia) sendiri juga sangat baik dan erat.
Salah satu faktor keislaman Majapahit tak lain atas pengaruh dari Champa, pernikahan antara Putri Champa dengan Prabu Wijaya dari Majapahit. Putri Champa adalah bibi dari Sunan Ampel (Walisongo) dan ibu dari Raden Fatah (Sultan Demak).
Saat para penutur bermigrasi ke Nusantara, sekitar 1500-500 SM, Kalimantan bagian Barat, berkembanglah bahasa Melayu Champa. Sebelum era masehi, suku yang berbahasa melayu Champ ini bermigrasi ke daerah Semenanjung Malaka atau dahulunya dikenal Semenanjung Malaya, Semenanjung Malaka, atau Melayu merupakan semenanjung besar di kawasan Asia Tenggara.
Negarakertagama menyebutnya sebagai Ujung Medini Kepulauan Riau, terdapat sebuah komunitas yang berasal dari Kalimantan bagian Barat yang menyeberang ke Sumatera Tenggara dan menjadi nenek moyang para penutur bahasa Melayu kelompok pertama. Sedangkan kelompok-kelompok lainnya bermigrasi ke Vietnam dan sebagai nenek moyang para penutur bahasa Champa.
Bahasa melayu purba atau melayu kuno perkembangannya sangat pesat dikala itu, dikarenakan tumbuhnya kebudayaan maritim oleh para penuturnya, mereka membangun komunitas di pesisir dan tepian sungai selama berabad-abad. Komunitas penutur ini menjadikan bahasa Melayu kuno sebagai bahasa pergaulan atau perantara (lingua franca), tidak cuma digunakan di kepulauan Nusantara, tapi juga hampir di seluruh Asia tenggara.
Menurut Leonard Y. Andaya, beliau menamakan wilayah interaksi para penutur bahasa Melayu kuno ini sebagai laut Melayu. Berdasarkan catatan peristiwa Arab yang diterbitkan kurang lebih 1000 M, laut Melayu ini adalah laut yang sangat panjang yang menghubungkan India Selatan dan Srilanka dengan teluk bengal Sumatera, Selat Melaka, Semenanjung Malaya, Teluk Siam (teluk yang terletak di Laut China Selatan / Samudra Pasifik), Laut Cina Selatan, hilir sungai Mekong dan Vietnam Tengah. Lokasi utama jaringan komunitas yang meramaikan laut Melayu ini adalah selat Malaka.
Nah berdasarkan dari penjelasan diatas sangat jelas adanya hubungan erat antara komunitas penutur bahasa Melayu dalam bidang kelautan. Oleh karena itu Leonard Y. Andaya mengatakan kalau laut Melayu ini mengacu pada serangkaian komunitas yang terhubung lewat jaringan ekonomi dan budaya intens.
Bahasa Melayu kuno diperkirakan sudah digunakan dimasa Kerajaan Sriwijaya abad ke-7 prasasti. Prasasti di Kedukan Bukit tahun 683 M di Palembang, Talang Tuwo tahun 684 M di Palembang, Kota Kapur tahun 686 M di Bangka Barat, dan Karang Berahi tahun 688 M di Jambi merupakan bukti yang tidak terelakkan.
Prasasti huruf Pranagari yang berbahasa Melayu Kuna, bukan cuma dipakai di zaman Sriwijaya, selain itu di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 Masehi dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Prasasti kedukan bukit Sriwijaya 683 M merupakan bukti arkeologis yang tertua dalam penggunaan bahasa Melayu kuno berhuruf Pallawa atau Sansekerta, ini menandakan adanya hubungan erat antara Sriwijaya dengan negeri India.
Contohnya kata-kata serapan bahasa Sanskerta:
a. Asmara = āśrama
b. Bahagia = Bhāgya
c. Berahi = Virahin
d. Durhaka = Drohaka
e. Gembira = Gambhīra
f. Hartawan = Arthavhān
g. Istimewa= āstām eva
h. Janda = Raṇḍā
i. Jelita = Lalita
j. Merdeka = Mahardika
k. Mesra = Miśra
l. sederhana = Sārdhāna
m. Wanita = Vānita
n. Wisuda = Viśuddha
Dan masih banyak lagi.
Ditambah lagi seorang musafir Cina bernama I-Tsing, Biksu China, datang ke Sriwijaya untuk memperdalam ajaran agama Buddha. I-Tsing mengatakan kalau di Sriwijaya ada sebuah bahasa yang bernama Koen-Louen yang mirip dengan bahasa Sanskerta. Koen-Luen ini merupakan bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Bukti bahasa Melayu di temukan peninggalan kerajaan Islam berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, Susastra abad ke-16 dan ke-17, seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu (Koen-louen) sering digunakan untuk keperluan sosial, politik dan juga sebagai bahasa pengantar untuk mempelajari bahasa sangsekerta dan agama Buddha, sedangkan para pedagang-pedagang Melayu yang mengarungi Nusantara ini pun memakai bahasa Melayu sebagai Lingua Franca (pergaulan).
Menurut Prof. Dr. Jajat Burhanuddin, M.A. dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah mengatakan populernya bahasa Melayu sebagai Lingua Franca di kawasan Asia Tenggara itu disaat Kerajaan Sriwijaya runtuh. Maka berdirlah Kesultanan Samudera Pasai di abad ke-14 ketika Sriwijaya runtuh, Samudra Pasai ini merupaka Kota dagang baru dan berkontribusi atas perkembangan bahasa Melayu di kawasan Asia saat itu.
Contoh:
1. Barokah = Berkah atau berkat
2. Jins = Jenis
3. Khabar = Kabar
4. Khat al-istiwa = Khatulistiwa
5. Darajah = Derajat
6. Dzalim = Lalim
7. Maqalatun = Makalah
8. Mas alatun = Masalah
9. Lafadzh = Lafal
10. Minarah = Menara
11. Mumkinun = Mungkin
12. Rizq = Rezeki
13. Rasmiyyun = Resmi
14. Suaalun = Soal
15. Isnaini = Senin
16. Tsulatsaa = Selasa
Sedangkan kata-kata serapan bahasa Persia.
1. Anggur (an–gur)
2. Cadar (chādar)
3. Dewan (divan)
4. Kismis (kishmish atau keshmesh)
5. Pahlawan (pahlwān)
6. Pasar (bāzār)
7. Piala (pyāla)
8. Nakhoda (nākhodā)
9. Takhta (takht)
10. Sihir (sihr)
Salah satu bukti pengaruh bahasa Arab dan persia ditemukan sebuah Prasasti Minye Tujoh, yakni dua buah prasasti sepasang batu nisan pahatan di Gampong Meunye Tujoh, Kecamatan Pirak Timur, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Prasasti tersebut bertulis bahasa dan aksara Arab, serta bahasa Melayu Klasik dan aksara Sumatra Kuno.
Bahasa Melayu menyebar sampai ke pelosok Nusantara bersamaan dengan penyebaran agama Islam, karena bahasa Melayu merupakan bahasa yang paling gampang dipelajari oleh masyarakat Nusantara maupun para pedagang dari luar.
Di abad ke-15 hingga ke-17, bahasa Melayu sudah menjadi basantara dan sering digunakan diberbagai negara, termasuk Vietnam, Kamboja, dan Filipina. Akhirnya bahasa Melayu mulai mempengaruhi bahasa-bahasa lokal di kawasan Asia Tenggara. Kata-kata Melayu di bidang perdagangan, teknologi dan bidang-bidang lainnya mulai bercampur ke dalam bahasa Tagalog yaitu pusat Niaga Utama di Kamboja.
Seperti Amo, gudang, perahu, keris yang ditemukan oleh Eropa = peguk, yang sekarang dikenal dengan nama Bego yang terletak di Myanmar, bahkan di pantai Malabar di India seolah-olah semua itu merupakan kata-kata asli setempat padahal berasal dari kata-kata bahasa Melayu.
Note: Bahasa Tagalog adalah bahasa yang dipakai di Filipina. Ternyata antara 50-60% tatabahasa Tagalog ada kemiripan kata dasar dengan bahasa Indonesia. Sumber: Harian Istimewa, 9-6-1957.
Kapal dagang dari benua Eropa yang mulai bolak balik ke Nusantara pun merasa sangat mempelajari bahasa Melayu untuk memperlancar komunikasi mereka dengan para pedagang Nusantara. Seorang tokoh bernama Antonio Pigafetta adalah anggota dari Ferdinand Magellan, seorang penjelajah yang sudah berekspedisi keliling dunia, dia membuat kamus bahasa Melayu berjudul Vocabully De Questi Populi Mori di tahun 1522.
Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Portugis.
1. Algojo
2. Almari
3. Armada
4. Bangku, dari kata banco
5. Bendera, dari kata bandeira
6. Beranda
7. Biola
8. Bola, dari kata bola
8. Boneka, dari kata boneca
9. Celana
10. Dadu
11. Dansa, dari kata dança
11. Dewan
12. Dipan
13. Ganco, dari kata gancho
13. Gardu
14. Gereja, dari kata igreja
15. Jendela, dari kata janela
16. Kaldu
17. Keju, dari kata queijo
18. Kemeja, dari kata camisa
19. Kertas, dari kata carta(s)
19. Lentera
20. Meja, dari kata mesa
21. Mentega, dari kata manteiga
22. Minggu, dari kata domingo
23. Nina (dalam nina bobo), dari kata menina
22. Noda
23. Nona, dari kata dona
24. Nyonya, dari kata donha
25. Paderi, dari kata padre
26. Permisi, dari kata permissão
27. Pesta, dari kata festa
Penggunaan bahasa Portugis sangat banyak digunakan dalam bidang administrasi, kegiatan resmi, misalnya dalam upacara atau kemiliteran dan teknologi, sedangkan bahasa Belanda di awal abad ke-20 mulai juga dicampurkan ke dalam bahasa melayu.
Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Belanda.
1. Absensi (absentie) artinya tidak masuk atau tidak hadir.
2. Bangkrut (bankroet) artinya kondisi saat perusahaan menderita kerugian besar yang membuat kondisi keuangan tidak sehat dan memaksa perusahaan berhenti beroperasi.
3. Cokelat (chocolade) artinya gula-gula yang dibuat dari bubuk cokelat.
4. Dasi (das) artinya perlengkapan pakaian semacam pita, dibuat dari sutra dan sebagainya, dipasang (dikalungkan) pada leher kemeja dan disimpul di depan.
5. Kantor (kantoor) artinya tempat mengurus suatu pekerjaan.
6. Pabrik (fabriek) artinya bangunan dengan perlengkapan mesin tempat membuat atau memproduksi barang tertentu dalam jumlah besar untuk diperdagangkan.
7. Sablon (sjabloon) artinya pola berdesain yang dapat dilukis, digunting, atau dipotong sesuai dengan contoh.
8. Taksir (taxeren) artinya mengira-ngira atau kira-kira.
9. Pelek (velg) artinya bingkai (lingkar) roda, gading-gading roda, tempat memasangkan ban.
10. Wastafel (wastafel) artinya tempat membersihkan diri yang biasa digunakan untuk mencuci muka, cuci tangan, gosok gigi, dan bercukur.
Sedangkan bahasa yang digunakan pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh penutur bahasa Melayu, berkaitan dengan perniagaan, komoditas dan keperluan sehari-hari.
1. Angpau (紅包) artinya amplop kecil untuk tempat uang sumbangan yang diberikan kepada orang yang punya hajat (perkawinan dan sebagainya) dalam adat cina.
2. Bakiak(木屐) artinya terompah kayu.
3. Cincau (仙草) sejenis tumbuhan atau minuman.
4. Dimsum (tradisional: 點心 sederhana: 点心 hanyu pinyin: dianxin) artinya sejenis makanan kecil.
5. Gincu (胭脂) artinya pewarna bibir.
6. Hoki (福氣) artinya peruntungan atau nasib.
7. Kecap (茄汁 atau 鮭汁) artinya sejenis penyedap makanan.
8. Pangsit (扁食) artinya makanan yang terdiri atas daging cincang yang dibungkus dengan selaput yang terbuat dari adonan tepung terigu.
9. Satai (三疊) artinya irisan daging kecil-kecil yang ditusuk dan dipanggang.
10. Wushu (武术) artinya seni bela diri.
Dan pada abad ke-17, bahasa Melayu ini sudah berkembang menjadi serba aneka dialek dan banyak digunakan oleh etnis laut Melayu. Variasi dari bahasa Melayu ini menunjukkan kepusparagaman kelompok etnik yang mana menjadikan bahasa ini sebagai basis dari identitas mereka.
Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad – Sastrawan dan Ulama Melayu |
Raja Ali Haji dari Kesultanan Johor Riau, seorang ulama dan sejarawan pada abad ke-19 sekaligus tokoh sastra keturunan Raja Haji Fisabilillah, keturunan Bugis, juga membuat Kamus Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga Monolingual pertama di Nusantara. Kosa kata bahasanya tersusun secara alfabetis dan sejak saat itu bisa dikatakan bahasa melayu adalah bahasa yang penuturnya banyak sekali jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa internasional di kala itu.
Pada akhir abad ke-19, berdirilah dua kelompok bahasa Melayu yang dikenal oleh masyarakat Nusantara yaitu bahasa Melayu Pasar atau bahasa sehari-hari, yang kedua bahasa Melayu Tinggi yaitu bahasa yang terbatas pemakaiannya tapi memiliki standar. Tapi kerajaan Inggris dan Belanda di tahun 1824 mengadakan sebuah perjanjian yang disebit Traktat London.
Pemerintah kolonial Hindia Belanda pun menyadari, kalau bahasa Melayu Tinggi sangat membantu pengelolaan administrasi bagi kalangan pegawai Nusantara. Sejumlah sarjana Belanda melakukan pembakuan bahasa, lalu dilakukanlah pengenalan dan pengajaran bahasa Melayu di sekolah-sekolah. Maka dibentuklah embrio bahasa Indonesia yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau Johor dan pada tahun 1896.
Dari ketiga orang inilah mengakhiri ketidakseragaman ortografi penulisan bahasa Melayu dalam aksara Latin. Maka dibuatlah buku berjudul Kitab Logat Melajoe yang diterbitkan di tahun 1901 dan buku tersebut kemudian dijadikan pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan Ch. A. Van Ophuijsen, maka ejaan bahasa Melayu disesuaikan dengan ejaan bahasa Belanda.
Di tahun 1930, dibuatlah program Taman Poestaka bertujuan membangun perpustakaan-perpustakaan kecil di sekolah-sekolah dan instansi pemerintah. Alhasilnya terdapat 740 perpustakaan yang terbangun dan juga berupa novel-novel yang kita kenal seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan.
Setelah meluasnya penyebaran bahasa Melayu sebagai bahasa keseharian, tahun 1916 saat Kongres Pengajaran Kolonial di Den Haag, Ki Hajar Dewantara, seorang aktivis pergerakan dari kemerdekaan Indonesia mengusulkan bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan. Dan disaat bergeloranya semangat perlawanan terhadap penjajahan belanda maka muncullah sebuah ide untuk memiliki bahasa yang bisa mempersatukan bangsa dan sebagai jati diri dari sebuah negara.
Dan pada Kongres Pemuda 1 pada tahun 1926 Muhammad Yamin seorang sastrawan, sejarawan, politikus dan ahli hukum, yang sangat disegenai, mengusulkan bahasa Melayu menjadi Bahasa Persatuan Bangsa demi meraih kemerdekaan. Tetapi Muhammad Tabrani seorang tokoh Jong Java (organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA pada 7 Maret 1915), mengusulkan perubahan nama bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.
Karena menurut Muhammad Tabrani, jika tumpah darah memperjuangkan bangsa yang dinamakan Indonesia maka bahasanya pun harus disebut bahasa Indonesia. Dalam bukunya tertulis pentingnya nama bahasa Indonesia dalam konteks perjuangan bangsa, yang tak lain kita kenal kata-kata dalam bukunya tersebut:
"Bangsa dan pembaca kita sekalian! Bangsa Indonesia belum ada. Terbitkanlah bangsa Indonesia itu. Bahasa Indonesia belum ada. Terbitkanlah bahasa Indonesia itu. Karena menurut keyakinan kita kemerdekaan bangsa dan tanah air kita Indonesia ini terutama akan tercapai dengan jalan persatuan anak-Indonesia yang antara lain-lain terikat oleh bahasa Indonesia."
Dari usulan Muhammad Tabrani pada Kongres Pemuda Kedua tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa dengan di-ikrarkannya sumpah pemuda.
" Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia."
Dan dari sinilah bahasa melayu pun diubah menjadi bahasa Indonesia sedangkan secara yuridis bahasa Indonesia baru diakui sebagai bahasa nasional pada tanggal 18 Agustus tahun 1945, sehari setelah kemerdekaan dengan ditandatanganinya Undang-Undang Dasar 1945 pada bab XV pasal 36.
3. Penyempurnan Ejaan Bahasa Indonesia
Dalam penyempurnaan dari ejaan bahasa Indonesia yang sudah ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mengalami beberapa kali perubahan diantaranya ejaan Van Ophuijsen yang berlaku tahun 1901-1947, ejaan Republik atau dikenal sebagai ejaan Soewandi yang berlaku pada tahun 1947-1972 dan ejaan ketiga yaitu ejaan yang disempurnakan (EYD) yang berlaku pada tahun 1972-2015 dan ejaan keempat adalah ejaan bahasa Indonesia (EBI) yang berlaku dari tahun 2015 sampai sekarang.
Dan ada juga beberapa sumber informasi, ada 2 perubahan yang baru yaitu ejaan Pembaharuan dan ejaan Melindo, tapi ejaan pembaharuan ini tidak pernah dilaksanakan sedangkan ejaan melindo diurungkan peresmiannya akibat perkembangan politik yang tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan.